MAKALAH
Karya dan
Pemikiran Mahaguru
Sankara Dalam Agama Hindu
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama
Hindu
Dosen Pembimbing : Siti Nadroh,
MA
Disusun Oleh :
Moh Munip
Akbar : 11140321000011
Muhammad Fauzan : 11160321000055
JURUSAN
STUDI
AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Alhamdulillah Puji syukur
kita
panjatkan
khadirat Allah
yang Maha
Kuasa
atas berkah
kesehatan dan
rahmat-Nya.
Sehingga
kami
dapat
menyelesaikan
makalah ini dengan judul
“Mahaguru
Sankara Karya dan Pemikirannya
Dalam Agama Hindu”. Makalah ini disusun
bertujuan untuk memenuhi
tugas mata
kuliah Agama
Hindu.
Selain itu sebagai upaya untuk melatih dan meningkatkan
kemampuan mahasiswa/i
dalam menyusun karya tulis.
Kami menyadari
bahwa masih terdapat
banyak
kekurangan dan
keterbatasan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sekalian demi memperbaiki makalah ini untuk
penulisan lain
di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi kita semua. Sekian dan terimakasih.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapa itu Mahaguru Sankara?
2. Bagaimana Riwayat Perjalanan Hidup Mahaguru Sankara?
3. Bagaimana Karya dan
Pemikiran Sankara Dalam Agama Hindu?
4. Bagaimana Komparasi Pemikiran Sankara Dengan Ramanuja?
5. Bagaimana Komparasi Pemikiran Sankara Dengan Kumarilah?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Siapa itu Mahaguru Sankara.
2. Mengetahui Riwayat
Perjalanan Hidup Mahaguru Sankara.
3. Mengetahui Karya dan Pemikiran Sankara Dalam Agama Hindu.
4. Mengetahuhi Komparasi pemikiran Sankara Dengan Ramanuja.
5. Mengetahuhi Komparasi pemikiran Sankara Dengan Kumarilah.
BAB II PEMBAHASAN
A. PROFIL MAHAGURU SANKARA
Sankara
atau biasa
juga
disebut
dengan nama Adi Sankaracharya, ia lahir pada
tahun 778M dari pasangan suami istri yang bernama Sri Sheoguruji dan Mata
Subadra. Waktu vaishakh shukla parchami
bebarapa abad sebelum Kristen muncul, disebuah desa yang bernama
kaladi.
Dia
adalah seorang tokoh filsuf suci Hindu teragung dan dianggap
juga sebagai reinkarnasi dari dewa Siwa.
Sankara
adalah
pendiri aliran filsafat Advaita, karyanya
dalam bahasa
sanskerta menghimpun doktrin advaita, persatuan atman dan nirguna brahman, yaitu brahman tanpa
atribut.
Karya-karyanya
menguraikan pemikiran-pemikiran yang terdapat
dalam Upanishad. Ia juga
menulis
penafsiran terhadap suplemen-suplemen Weda (Brahmah Sutra Upanishad utama, dan Baghawadgita) dalam upaya mendukung
tesisnya.
Shankara mengembara di anak
benua India
untuk menyebarkan filsafatnya melalui diskusi dan debat dengan filsuf lainnya. Ia menekankan pentingnya hidup
melepaskan diri dari ikatan duniawi sebagaimana diajarkan dalam Upanishad
dan
Brahma Sutra,
pada saaat mazhab
Mimamsa menekankan
ritualisme
yang ketat
dan mengabaikan hidup sebagai petapa.
Shankara
masyhur
sebagai pendiri empat matha ("biara"), yang membantu perkembangan, kebangkitan, dan penyebaran
Adwaita Wedanta sehingga
ia dikenal sebagai revivalis
agung.1
1 Mat ius Ali. Filsafat India Sebuah Pengantar Hinduism e dan Budhaism e. Jakart a: sanggar luxor, 2010. h. 109
B. RIWAYAT PERJALAN HIDUP MAHAGURU SANKARA
Banyak peristiwa atau kejadian ajaib yang dikisahkan sehubungan dengan
perjalanan hidup
yang
dialami Sankara. Pada waktu
mudanya,
suatu hari ia
pergi untuk meminta-minta dan seorang wanita yang sangat miskin
memberinya buah amla yang satu-satunya tersisa di rumahnya. Tersentuh oleh sifat kedermawanan dan melihat
kemiskinan
wanita tersebut, Sankara
menyusun doa pujian kepada Dewi
Laksmi,
di
depan
pintu rumah wanita
itu. Sebagai
hasil
dari
doa
itu
rumah
wanita itu
dipenuhi dengan emas. Sejak muda Sankara
memiliki
keinginan yang kuat untuk memasuki tahap
hidup sannyasa (tahap hidup pelepasan terhadap hal-hal
duniawi). Untuk mewujudkan
kenginannya
itu Sankara
pergi mengembara untuk
mencari seorang guru, Sankaratiba di tepi sungai Narmada di India Tengah.
Di sana,
ia tiba disebuah ashrama yang dipimpin oleh Govinda Bhagavadpada. Kemudian Sankara diterima sebagai murid oleh Govinda Bhagavadpada yang
menganugrahi
dengan diksa sebagai sannyasa dengan tingkatan tertinggi,
yaitu tahap paramahamsa.
Kemudia Govinda Bhagavadpada memerintahkan
Sankara untuk
menguraikan secara
terperinci filsafat Vedanta
dengan menyusun
ulasan atau
tafsiran terhadap Upanisad-upanisad, Brahma
Sutra
dan Bhagavad-gita. Ulasan- ulasan
Sankara sangat sempurna dan mendalam,
sehingga dalam
waktu singkat
nama Sankara
menjadi termashur. Orang lalu
memberinya gelar Adi yang
berarti yang
mulia atau yang utama. Sedangkan kata acharya adalah sebutan untuk seorang guru kerohanian yang mengajarkan
pengetahuan spiritual melalui contoh
dan teladan perilakunya. Sehingga
nama Sankara menjadi Adi Sankaracharya.
Adi Sankaracharya hidup
selama 32
tahun (788-820 Masehi), dan
mengabdikan
seluruh hidupnya untuk memperbaharui
dan
meluruskan kembali
ajaran-ajaran Weda.
Sumbangan terbesar Adi Sankaracharya adalah keberhasilannya mengalahkan filsafat
Buddha yang
telah
membuat agama Hindu
tenggelam pada
masa itu.
Sankaracharya
melakukan debat-debat terbuka dengan para pendeta Buddha, dan berhasil membuktikan
kebenaran
ajaran Weda. Sankaracharya melakukan perjalanan ke seluruh wilayah India,
dan
mendirikan ashrama-ashrama di empat penjuru India, yaitu di utara di Badrinath, di selatan di Sringeri,
di
barat di Dwaraka dan
di
timur di Puri. Sankaracharya
diakui
sebagai penjelmaan atau awatara Deva Siva, yang merupakan seorang jenius yang hebat
dan mengagumkan,
serta menguasai logika. Ia adalah seorang
bijak tentang realisasi tertinggi dimana
filsatnya
telah memberikan hiburan, kedamaian dan pencerahan pada orang-orang yang
tak terhitung
jumlahnya,
baik dari timur
maupun
barat.
Filsafatnya
membuat kagum seluruh dunia.
Karena itu Sankaracharya
diakui sebagai pendiri filsafat Advaita
Vedanta.
Sankara memiliki
4
orang murid yaitu :
Padma-pada,
Hastamalaka,
Suresvara atau Mandana dan Trotaka.2
C. KARYA DAN PEMIKIRAN MAHAGURU SANKARA DALAM AGAMA HINDU
Filsafat Sankara disebut filsafat „ilusionis‟ (mayavada), terutama oleh lawan- lawannya yang menolak penyamaan dunia fenomena dengan
„ilusi‟ (maya). Sankara
membedakan dua macam
cara mengetahui, yakni: vyavaharika dan paramarthika
Vyavaharika adalah pengetahuan empiris, pragmatis, persefektif duniawi, sedangkan
paramarthika adalah pengetahuan
yang diperoleh
dari
sudut pandang transenden,
bagi
Sankara, dari persefektif pragmatis, dunia itu
adalah nyata; artinya, orang
harus menerima
realitas dunia, jika
dia ingin melakukan suatu tindakan.
Namun,
menurut
Sankara,
ini bukan satu-satunya cara pandang yang ada. Orang yang secara intuitif telah
mengerti
hakikat Atman-Brahman, tidak dapat lagi
menyamakan realitas dengan
dunia
yang sementara dan
terus
berubah. Hanya
orang yang
telah
tahap
pencerahan mampu melihat dunia dari sudut pandang keabadian,
dan dunia akan tampak sebagai „tidak real‟ (maya).
Begitu pula dengan maya, Sankara berpendapat bahwa maya adalah kekuatan
tuhan yang tidak
permanen, sedangkan Rajuman menguraikan bahwa maya adalah
sesuatu kekuatan yang maha indah dari tuhan.
Menurut Upanisad dunia ini beserta isinya merupakan evolusi dariBrahman.
Evolusi ini ada bermacam-macam, yang dikenal dari Brahman timbul panca tan
mantra dan panca maha bhuta dari unsur ini timbul benda. Contohnya proses terjadinya
2 I Wayan Maswinara. Sistem Filsafat Hindu (Sarva Darsana
Samgraha). Surabaya: paramita, 2006. h.181
benda
adalah gabungan dari panca tan mantra dan panca
maha bhuta yang
terdiri dari akasa,
teja, apah, bayu, prthiwi.
Menurut Sankara yang nyata (sat) adalah Brahman, bahwa dunia ini
tidak sat
karena dunia ini nampak benar-benar ada dan juga dapat diamati. Oleh karena itu, dunia dapat dikatakan ada
dan maya karena tidak
kekal, dapat digambarkan dengan
seutas tali
yang kelihatan seperti ular, akan tetapi yang mengamati itu adalah ular.
Ular itu adalah gejala psikis atau jiwani. Oleh karena itu sebab kenyataan ular itu tidak dapat dipertahankan secara logis sebab hanya bayangan sipengamat saja mengatakan tali
sebagai ular. Sama
dengan benda yang
ada didunia
yang tidak
kekal dapat berubah kodratnya. Seperti halnya ular yang bergerak karena talinya yang bergerak .
Ulasan Brahman menurut Sankara:
1. Para rupa yakni rupa yang lebih tinggi.
2. Apara rupa yakni rupa yang lebih rendah.
Para
rupa
yaitu
yang tidak
memiliki atau
tanpa sifat (nirguna),
tanpa bentuk (nirakara),
tanpa pembeda
(nirwisesa), dan tanpa pembatas
(nirupadhi). Didalam
wujudnya Brahman disebut Para Brahman atau Niguna
Brahman.
Sedangkan Apara
rupa yaitu yang memiliki sifat atau mengenakan
pembatas.
Menurut Sankara ada enam macam alat-alat pengetahuan (Pramana), yaitu; pengematan,
penyimpulan, pembandingan,
kesaksian, persangkaan, dan tiada
pengetahuan.
Sankara
mengajarkan
bahwa Tuhanlah yang menurunkan ajaran Weda.
Weda
bukan
karya Tuhan, tapi Tuhan menurunkan wahyu
yang diterima
oleh
para
Rsi yang
dihimpun menjadi Weda.
Sankara menyatakan bahwa
Weda
akan muncul kembali pada
zaman berikutnya.
Menurut Sankara ada dua macam pengetahuan yaitu:
a. Pengetahuan
yang lebih tinggi (Pra Widya) Pengetahuan yang lebih tinggi
mengandung
segala macam kebenaran, meliputi
segala sesuatu yang
mewujudkan kesatuan segala sesuatau yang
mewujudkan kesatuan segala sesuatu yaitu Brahman.
Pengetahuan yang lebih tinggi disebut Brahman Widya (Pengetahuan tentang Brahman)
atau Ataman Widya (pengetahuan tentang Atman).
b. Pengtahuan yang lebih rendah (apara Widya). Pengetahuan ini mengenai pengetahuan dunia yang tampak ini, yang sebenarnya ialah Khayalan. Maka sebenarnya pengetahuan yang lebih rendah bukan pengetahua n, tapi bentuk Adiwya.
Adiwya: Tujuan hidup manusia adalah untuk
mengetahui dan merealisir
kebenaran. Orang yang
mencapai tujuan
hidup itu akan berubah pikirannya.
Perubahan pikiran ini menghasilkan kelepasan.3
Menurut Sankara, apapun juga adalah Brahman yang
merupakan
kebersamaan yang mutlak. Semua perbedaan dan kejamakan merupakan khayalan belaka. Ajara-ajaran
yang diajarkan oleh Sankara dapat disimpulkan dalam separoh
sloka, yaitu:”BRAHMA
SATYAM JAGAN MITHYA, JIVO BRAHMAIVA NA APARAH”, yang artinya bahwa Brahman (yang
mutlak) sajalah yang nyata, dunia ini tidak
nyata dan jiva atau
roh
pribadi tidak berbeda dengan Brahman”.4
4 I Gede Rudia Adiput ra, I Wayan Suarjaya, I Gede Sura. Sattwa Darsana. Jakart a: Yayasan Dharma Sarat hi, 1990. h. 73
D. KOMPARASI PEMIKIRAN SANKARA DENGAN RAMANUJA
1. Pemikiran Sankara
Sri Sankara merupakan yang
melahirkan
bentuk akhir dari filsafat adwaita,
walaupun
yang pertama
mensistematis
filsafat
ini
adalah
parama
guru dari Sankara,
yaitu Rsi Gaudapada
melalui karya beliau Mandukya Karika.
Sri Sankara memberikan
sentuhan akhir dan sempurna melalui
ulasan beliau
tentang
Brahma Sutra yang dikenal dengan Sariraka Bhasya. Filsafat Adwaita dari Sankara
merupakan filsafat yang menyatakan
bahwa seluruhnya merupakan Brahman, dan
perbedaan hanyalah khayalan. Hal ini tersimpul alam salah satu sloka, yaitu „Brahma Satyam
Jagan
Mithya, Jivo
Brahmaiva
Na Aparah‟ yang
berarti Hanya
Brahmanlah yang nyata, dunia ini tidak nyata, dan
jiwa atau roh pribadi sama dengan Brahman.
Brahman tertinggi
adalah
tak
berpribadi,
tanpa guna dan atribut
(nirguna), tanpa
wujud (Nirakara),
tanpa ciri-ciritertentu (Nirwisesa), abadi
dan bukan pelaku dan
perantara (akrta). Beliau adalah subyek penyaksi dan
tidak akan pernah menjadi obyek, Beliau adalah tuggal, tak dapat digambarkan, karena penggambaran
akan
membentuk perbedaan.
Itu
pula
sebabnya
dalam kitab
Upanisad
disebutkan
: Neti, Neti (bukan
ini
dan bukan itu). Bentuk
kalimat negatif dalam upanisad
ini bukanlah
menyatakan
ketiadaan,
tapi Beliau adalah kesemestaan, tidak terbatas, memenuhi
segala,
tak berubah, ada dengan sendirinya, pengetahuan dan kebahagiaan itu sendiri. Nirguna Brahman dari Sankara
menjadi Saguna Brahman (berpribadi) hanya
karena
disebabkan penyauannya dengan
maya. Saguna dan
Nirguna Brahman bukanlah
dua Brahman yang berbeda
atau bertentangan,
Beliau adalah satu
dari dua titik pandang yang berbeda. Nirguna merupakan
yang lebih tinggi dipandang dari sudut transedental (Paramarthika),
sedangkan Saguna
dari
sudut pandang relatif
(Vyavaharika).
Atman
adalah
sang diri yang
nyata (Swatah siddha), Jiwa
atau roh
pribadi hanyalah kenyataan
yang relatif
dan kepribadiannya akan berakhir, apabila
ia tidak
lagi menjadi
subyekupadhi yang tidak
nyata atau
kondisi terbatas yang
disebabkan oleh awidya. Selama
roh pribadi
menyamakan diri dengan badan dan indriyanya, ia
berpikir, berbuat,
dan menikmati, itu berarti
ia masih berada
dalam kondisi avidya.
Pada
saat ia terlepas dari awidya, maka baru menyadari akan kesejatiannya yang tiada lain
adalah
Brahman
yang mutlak, sepertihalnya ether dalam
sebuah
periuk
yang pecah, maka ia menyatu dengan semesta.
Alam
semesta
pula
bukanlah suatu hayalan, namun merupakan kenyataan yang
relatif
(Vyavaharika satta), yang merupakan hasil
dari maya dan awidya. Brahman yang nyata tampak sebagai alam yang berubah melalui maya. Maya merupakan daya
misterius
dari Brahman yang tak terbayangkan, menyembunyikan yang nyata.
Pembebasan
atau kelepasan dari samsara atau proses
tumimbal lahir merupakan
penyatuan dari roh
pribadi dalam Brahman, melalui pembebasan dari kesalah dugaan
yang salah bahwa roh pribadi berbeda dengan Brahman. Karma dan bhakti merupakan
proses menuju
jnana. Sankara menganjurkan teori
penampakan
atau pelapisan (adhyasa), seperti halnya tali yang dibayangkan bagai ular pada saat senja.demikian
pula
alam dan badan ditumpangkan pada Brahman.
Apabila manusia
mampu
memperoleh pengetahuan tentang
tali maka bayangan tentang ular
akan
lenyap, demikian pula apabila
manusia memperoleh
pengetahuan tentang Brahman,
maka
hayalan
tentang
alam dan
badan
akan
hilang.
Terlepasnya mithya
jnana
atau pengetahuan
palsu akan mengantarkan
manusia dalam kecemerlangan dan kemuliaan Ilahi yang murni.
2. Pemikiran Ramanuja
Pendiri filsafat wisistadwaita
adalah
Rsi Ramanuja,
disebut filsafat wisistadwaita karena penanaman pengertian adwaita atau kesatuan dengan Brahman, dengan wisesa
atau atribut. Sehingga
dianggap
sebagai filsafat
monisme terbatas.
Hanya Brahman yang ada, sedangkan yang lainnya merupakan
perwujudan atau
atributnya, Beliau merupakan satu keseluruhan yang
komplek walau kenyataannya satu. Apabila
Sri
Sankara menganggap bahwa
segala bentuk perwujudan dianggap
tidak nyata
dan sementara,
sifatnya
hanyalah
hasil dari awidya
atau kegelapan, maka menurut Sri Ramanuja atribut
itu
nyata dan
tetap,
namun bergantung pada
pengendalian satu Brahman.
Filsafat Wisistadwaita merupakan Waisnawaisme yang mengakui
kejamakan,
Brahman atau Narayana hidup dalam kejamakan bentuk dari roh-roh (cit) dan materi (acit). Ramanuja mensistemasir filsafat dari waisnawaisme
dan disebut sebagai
Sri
Waisnawaisme, karena Sri atau Dewi
Laksmi
dibuat memiliki fungsi
penting dalam pembebasan roh. Ramanuja menyamakan Tuhan dengan Narayana yang bersemayam di
Waikuntha dengan Saktinya
yaitu Laksmi
sebagai Dewi
kemakmuran, yang
merupakan Ibu
Tuhan, dialah yang memohonkan pembebasan dari para pemuja.
Brahman adalah segalanya
namun bukan pula
bersifat
serba sama, karena dalam
dirinya
tekandung
kejamakan yang menyebabkan dirinya benar- benar
mewujudkan diri dalam
alam yang
beraneka warna.
Brahman
dianggap
berpribadi
, mengatur segalanya, maha kuasa dari
alam semesta, dihidupi dan
diresapi oleh jiwaNya,
sehingga tidak ada tempat untuk membedakan antara Saguna dan Nirguna. Brahman meresapi segalanya
dan merupakan intisari dari roh,
yang merupakan antaryamin atau
pengatur batin yang menjadi satu dengan roh. Ia merupakan hakekat dari kebenaran (Satya),
kecerdasan ,
dan kebahagiaan (ananda), dimana
materi dan roh bergantung kepadanya.
Beliau adalah penopang alam semesta dan roh (adhara),
serta penguasa dan pengendali
(Niyanta). Jiwa atau roh merupakan yang
dikendalikan (Niyama/sesa).
Alam dan berbagai perwujudan material keberadaan dan roh-roh
pribadi,
bukanlahmaya yang tidak nyata tetapi bagian nyata dari
hakekat Brahman
dan merupakan badan dari Brahman. Materi adalah nyata yang merupakan substansi tanpa
kesadaran yang mengalami
evolusi (parimana), karenanya ia bersifat abadi
namun
bergantung dan dikendalikan oleh kehendak Tuhan. Ia membentuk obyek pengalaman bagi
roh-roh. Prakrti memiliki 3
guna,
yaitusattwa,
rajas, dan tamas,
sedangkan suddha
tattwa hanya
memiliki sifat satwa, suddha
tattwamerupakan
substansi yang membentuk badan Tuhan
dan disebut dengan Nitya WibhutiNya. Alam yang berwujud merupakan Lila WibhutiNya.
Roh merupakan prakara dari Tuhan yang lebih tinggi dari materi karena
merupakan kesatuan sadar
yang menjadi inti dari Tuhan. Roh berjumlah tiada batas, bersifat sadar
dan tidak berubah,
tidak terbagi. Roh benar-benar pribadi dan secara abadi berbeda
dengan Tuhan, ia
muncul
dari
Brahman
dan tidak
pernah
di luar
Brahman sepertihalnya
percikan api dari
sumber api. Roh menurut Ramanuja digolongkan menjadi
3
yaitu
:
Nitya
(abadi), Mukta (bebas), dan Baddha
(terbelenggu). Roh
yang abadi, selamanya
bebas
dari belenggu
hidup dengan Tuhan
(Narayana) di Vaikuntha, roh
yang terbebaskan
sekali
waktu mengalami
samsara
tetapi telah mencapai pembebasan, sedangkan roh terbelenggu terjerat samsara dan berjuang
untuk mencapai pembebasan. Roh yang terbelenggu oleh samsara
memperoleh badannya
sesuai dengan
karma masa
lalu,
yang
berjalan dari kelahiran
ke kelahiran berikutnya hingga mencapai pembebasan akhir atau moksa.
Moksa dalam konsep
Wisistadwaita berarti
berlalunya belenggu dari
kesulitan hidup
duniawi menuju semacam
surga (Waikuntha),
disitu
ia akan ada
selamanya dalam kebahagiaan pribadi bersama Tuhan, namun tetap tidak pernah menjadi identik
dengan Tuhan.
Pembebasan akhir
ini
dicapai hanya dengan
bhakti,
karunia
Tuhan datang melalui kepatuhan (prapatti) atau penyerahan diri secara mutlak. Pembebasan
diri
melalui
bhakti,
berkembang dua
konsep, yaitu (markata
nyaya)
atau teori kera, bahwa seorang bhakta harus seperti anak kera yang harus mengusahakan dirinya tetap bergantung pada induknya (roh pribadi – Narayana), dan
yang kedua adalah
(marjara nyaya) atau teori anak
kucing,
penyerahan diri ketika
dibawa induknya tanpa usaha
bagi dirinya sendiri.5
Dari pemaparan diatas dapat dilihat perbedaan dan persamaan
pandangan
pemikiran antara Sankara dan Ramanuja antara lain sebagai berikut:
a. Perbedaan
1) Sankara
· Tuhan
merupakan
realitas yang
absolut, keberadaan
manusia itu adalah maya karena manusia dan
dunia adalah cerminan dari Brahman.
· Jalan pembebasan adalah melalui
JnanaYoga.
· Konsep maya
adalah
bahwa maya
tidak dapat dipisahkan dari Brahman tetapi dapat dibedakan dari dirinya.
· Dunia bukanlah
penciptaan
tetapi
ilusi dari Brahman didunia
ini dianggap
nyata oleh orang yang tidak menyadari Brahman.
· Dalam keadaaan
bebas Atman identik dengan Brahman.
· Brahman adalah tanpa atribut.
5 ht t ps://blingjamong.wordpress.com/2014/01/28/agama-hindu-sad-darsana,html. Diakses 01 Juni 2017, jam 16:01
2). Ramanuja
· Tuhan
merupakan realitas
ini
satu tetapi belum
lengkap jika bagian- bagiannya belum digabungkan.
· Dunia dengan manusia
ada saling
ketergantungan,
jika
ada salah satunya
yang rusak maka keseimbangan akan
terganggu.
· Manusia dengan dunia merupakan realitas Tuhan.
· Pembebasan dapat dilakukan dengan melaksanakan bakti yoga yang sehingga pembebasan itu merupakan
penyatuan antara Atman dan
Brahman tetapi masih mengenal individu.
b.
Persamaan
· Keduanya setuju bahwa Tuhan adalah realitas yang kekal.
· Tuhan
tidak tergantung
pada apapun, melainkan
manusia dan
dunia
yang tergantung
pada Tuahan.
· Keduanya setuju bahwa Atman bersifat murni.
· Keduanya
setuju bahwa
jiwa individu
tidak diciptakan oleh Brahman tetapi menunjukkan bagian terkecil dari Tuhan itu sendiri.
· Keduanya setuju bahwa
ketidakpedulian
(avidya)
yang menyebabkan atau
melanjutkan sifatnya yg murni karena pengidentifikasi yang salah maka
pikiran, tubuh dan ego sehingga akan terjerumus kedalam
ketertarikan dan penderitan.
· Keduanya setuju bahwa untuk membebaskan
diri
dari
ketertarikan maka dilakukan
dengan jalan mempelajari kitab suci
dan melakukan pekerjaan
tanpa pamrih dan menyerahkan diri kepada Brahman meditasi dan doa.6
E. KOMPARASI PEMIKIRAN SANKARA DENGAN KUMARILAH
Dalam
Advaita Vedanta menyatakan bahwa
ada enam
jenis
pramana, yaitu:
pratyaksa
(pengamatan),
anumana (penyimpulan), upamana (perbandingan), sabda (kesaksian), arthapati (perkiraan), dan anupalabdhi (tanpa
pengamatan). Pandangan Sankara dan Kumarila
Bhatta
berbeda tentang
kemunculan Veda. Kumarila Bhatta mengatakan bahwa Veda tanpa
penyusun,
maksudnya Veda tidak diciptakan oleh manusia
maupun oleh Tuhan.
Sedangkan Sankara menyatakan bahwa
Veda
diciptakan
oleh Tuhan, dan keberadaan
Veda adalah kekal.
Menurut Sankara hubungan
antara jiwa
dengan Brahman tidak sama
dengan
hubungan alam
semesta
atau dengan
Brahman. Jadi jiwa tidak
boleh dipandang sebgai kenyataan
sifat
Brahman, sebab
jiwa terkena
pengaruh rajas
dan tamas, walaupun jiwa adalah Brhaman seutuhnya.
Satu-satunya relitas
yanga ada
adalah
Brahman.
Tapi Brahmna tidak
tampak
sebagai dunia yang objektif,
yakni penjelmaan Brahman sebagai jiwa,
yang memberikan kekuatan hidup setiap makhluk.
Pendapat Sankara terhadap
pengetahuan menurut Kamarilah,
Weda tidak memiliki penyusun,baik manusia maupun Tuhan, akan tetapi
Sankara mengajarkan bahwa
Tuhanlah yang menurunkan ajaran Weda. Sekalipun demikian Weda
bukanlah hasil karya Tuhan dalam arti yang biasa, sebab Tuhan menurunkan wahyu yang diterima
oleh para Resi yang dihimpun menjadi Weda. Sankara juga mengatakan Weda akan tiada kembalipada
saat
dunia
pralaya (akhir jaman)
kemudian akan muncul
kembali
pada jaman berikutnya.
Ada
dua macam pengetahuan
yaitu: pengetahuan
yang lebih tinggi (para widya) dan pengetahuan yang lebih rendah (apara widya) pengetahuan yang
lebih tinggi
didalamnya mengandung
segala macam
kebenaran,meliputi
sesuatu
yang lebih
mewujudkan segala macam kebenaran, meliputi segala sesuatu yang mewujudkan kesatuan segala sesuatu yaitu
Brahman. Pengetahuan yang
lebih rendah mengenai
pengetahuan dunia yang tampak
ini, yang sebenarnya adalah khayalan belaka. Sarana untuk mencapai kelepasan
atau menunggalnya
dengan Brahman adalah: Melakukan disiplin yang
praktis yang
disebut
dengan Wairagya yaitu sikap
tidak tertarik kepada duniawi. Orang yang berhasil melakukan itu, akan mendapatkan
kecakapan untuk membedakan antara hal-hal yang
bersifat sementara dan yang bersifat kekal,
untuk meniadakan
keinginan
guna menguatkan kegairahan melaksanakan disiplin dan menghindari
kesusahan untuk mendapatkan
ketenangan dan
kesederhanaan serta kesediaan menangkal diri.
Berusaha
mendapatkan pengetahuan tentang kebenaran yang tertinggi (jnana) dan mengubah
pengetahuan itu
menjadi
pengalaman yang langsung, yaitu dengan
belajar kepada guru mengenai ajaran adwaita, sehingga
pengetahuan benar-benar bahwa Brahman adalah Atman, sehingga lanjutnya berusaha mencerminkan pengetahuan itu
didalam hidupnya
dan akhirnya
merenungkan pengetahuan yang langsung.7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sankara
atau biasa
juga
disebut
dengan nama
Adi Sankaracharya, ia lahir dari pasangan suami istri yang bernama Sri Sheoguruji dan Mata Subadra
pada tahun 778M
dan
meninggal pada tahun 820M pada usia 32 tahun. Sankara Dia adalah seorang tokoh
filsuf suci Hindu teragung dan
dianggap juga sebagai reinkarnasi dari dewa Siwa.
Sankara
adalah
pendiri aliran filsafat Advaita, karyanya
dalam bahasa
sanskerta menghimpun doktrin advaita, persatuan atman dan nirguna brahman, yaitu brahman tanpa
atribut.
Karya-karyanya
menguraikan pemikiran-pemikiran yang terdapat
dalam Upanishad.
Ia
juga menulis
penafsiran terhadap suplemen-suplemen Weda.
Menurut pemikiran Sankara apapun juga
adalah Brahman yang merupakan
kebersamaan yang mutlak. Semua
perbedaan dan kejamakan merupakan khayalan belaka.
Ajara-ajaran yang diajarkan oleh Sankara dapat disimpulkan dalam
separoh sloka,
yaitu:”BRAHMA
SATYAM
JAGAN
MITHYA,
JIVO BRAHMAIVA NA APARAH”,
yang artinya
bahwa Brahman (yang mutlak)
sajalah
yang
nyata, dunia ini tidak nyata
dan
jiva atau
roh pribadi tidak berbeda dengan Brahman”.
Pemikiran Sankara dengan Ramanuja dan Kumarilah mempunyai
kesamaan dan perbedaan baik mengenai Brahman, Atman, pengetahuan
dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
· I Gede Rudia Adiputra, I Wayan Suarjaya, I Gede Sura. 1990.
Sattwa Darsana. Jakarta:
Yayasan Dharma Sarathi.
· I Wayan Maswinara.2006.
Sistem Filsafat Hindu (Sarva Darsana Samgraha). Surabaya:
paramita.
· Matius Ali.
2010. Filsafat India Sebuah Pengantar Hinduisme dan Budhaisme. Jakarta:
sanggar luxor.
1 komentar :
The merit casino mobile site【WG】legit casino
the 메리트 카지노 고객센터 merit casino mobile site,【WG98.vip】⚡,legit casino,legit casino,the merit casino site,freespins casino mobile site,legit casino,freespins casino mobile site,best 온카지노 slots 인카지노 casino,best
Posting Komentar