Kata Pengantar


Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Tugas ini. Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, kerabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Tugas ini dibuat untuk memberikan kemudahan kepada teman-teman khususnya yang ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih dalam tentang Agama Hindu.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman–teman seperjuangan kamiyang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikanTugas ini.

Dan kami harap Tugas ini dapatbermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Kamijuga menyadari dalam pembuatan Tugas ini masih terdapat banyakkekurangan, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dari teman-teman agar dapatmembangun bagi penyempurnaan Tugasini.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Senin, 29 Mei 2017

SUMBER AJARAN DAN HUKUM AGAMA HINDU

“Sumber Ajaran dan Hukum Agama Hindu”
Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Hindu

                                                                  Disusun Oleh:      

Nadya Qurotu A I (11150321000044)
Rozatul Husna S (11150321000043)

Dosen Pengampu : Siti Nadroh, M.Ag







JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017












KATA PENGANTAR


Bismillahirohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW. Keluarga dan para sahabatnya Amiin.
 Alhamdulillah pada kesempatan ini penulis telah menyelesaikan tugas ini untuk mendapatkan nilai dari dosen pada jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, walaupun dalam penyusunan tugas ini banyak sekali hambatan, tetapi dengan niat dan ketekadan penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan serta dukungan dalam penyelesaian tugas ini, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen Siti Nadroh, M.Ag. Akhirnya kepada Allah SWT. Jualah penulis berdoa semoga amal baik senantiasa mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.
Wassalamu’alikum Warohmatullahi Wabarokatuh














BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ajaran agama dalam Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci keagamaan yang disusun dalam masa yang amat panjang dan berabad-abad, yang di dalamnya memuat nilai-nilai spiritual keagamaan dengan tuntunan dalam kehidupan di jalan dharma. Di antara susastra suci tersebut, Weda merupakan yang paling tua dan lengkap. Maka Weda adalah merupakan buku atau kitab, kita tidak membicarakan isinya, kita hanya melihat wujudnya. Buku itu berisikan tulisan-tulisan, disusun rapi, ada penulisnya, ada pemikirannya dan ada pula isinya berupa ajaran-ajaran. Buku adalah benda atau barang cetakan. Tetapi tidak semua barang cetakan atau buku dapat kita namakan Weda.
Sebagai kitab suci agama Hindu, buku itu diyakini dan dipedomani oleh umat Hindu sebagai satu-satunya sumber bimbingan dan informasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari ataupun untuk melakukan pekerjaan tertentu. Dan dinyatakan sebagai kitab suci karena isinya merupakan wahyu Tuhan yang dianggap Maha Suci. Apapun yang diturunkan sebagai ajaran oleh Tuhan kepada umat manusia semuanya itu merupakan ajaran suci. Lebih-lebih isinya memberi bimbingan tentang bagaimana hidup suci.

B.     Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan kitab suci Sruti,kitab Smriti,kitab Agama, Trantra dan Darsana
b.      Siapa yang membuat kitab suci Sruti, kitab Smriti,kitab Agama, Trantra dan Darsana
c.       Apa saja isi dari kitab suciSruti, kitab Smriti,kitab Agama, Trantra dan Darsana

  1. Tujuan Masalah
a.       Untuk mengetahui siapa yang mebuat kitab suci agama Hindu
b.      Untuk mengetahui apa saja ajaran yang ada didalam kitab suci agama Hindu
c.       Untuk mengetahui isi dari kitab-kitab suci Sruti, kitab Smriti,kitab Agama, Trantra dan Darsana
BAB II
PEMBAHASAN

SUMBER AJARAN DAN HUKUM AGAMA HINDU
Sumber ajaran agama Hindu adalah kitab suci Weda, yaitu kitab yang berisikan ajaran kesucian yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi. Weda merupakan jiwa yang meresapi seluruh ajaran Hindu, lasksana sumber air yang mengalir terus melalui sungai-sungai yang amat panjang dalam sepanjang abad. Weda adalah sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa.[1]
Untuk menyusun catatan-catatan yang diperlukan dalam rangka menemukan bentuk-bentuk hukum Hindu, termasuk mengenai bentuk danisi dari pada hukum waris Hindu itu.  Pertama-tama mencari sumber-sumber hukum Hindu yang dapat dijadikan landasan dalam penyajian bentuk-bentuk hukum materil positif.
Mengenai sumber-sumber hukum tidak ada persamaan pendapat di antara para ahli. Sumber hukum sebagai istilah dipergunakan dalam berbagai hubungan dan pengertian. Menurut Prof. L. Oppenheim kesimpang siuran pengertian ini timbul karena tiap-tiap penulis mempunyai pandangan sendiri atas sumber hukum-hukum itudan umumnya banyak dianggap masih bingung sehingga menimbulkan perbedaan pendapat diantara para penulis itu. Oleh karena itu menurut beliau, untuk menghindari kesalah pengertian ini maka pengertian sumber hukum harus dikembalikan pada pokok-pokok pengertian yang bersifat umum mengenai arti dari pada sumber itu sendiri.[2]
Dengan demikian yang dimaksud dengan Weda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak boleh diragukan kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa.



A.    KITAB SRUTI
Kitab sruti termasuk kitab utama dari agama Hindu yaitu Weda. Weda mengajarkan ajaran tertinggi yang diketahui oleh manusia dan membentuk sumber yang mutlak dalam agama Hindu. Kata Veda diambil dari kata “Vid” yang berarti “mengetahui” sedangkan “Sruti” dalam bahasa sanskerta berarti “apa yang didengar”.[3]
Didalam Manadharmasastra II. 10 dikatakan yang artinya: “Sesungguhnya Sruti adalah Weda, smriti itu dharmasatra, keduanya tidak boleh diragukan apapun juga karena keduanya adalah kitab suci yang menjadi sumber dari pada hukum (dharma).Dari pasal tersebut jelas bahwa sruti yang ditunjuk oleh pasal-pasal itu adalah weda. Sebagaimana halnya weda itu, baik weda dan dharmasastra oleh pasal ini dinyatakan dengan tegas sebagai sumber hukum. Istilah hukumini diterjemahkan dari kata dharma.
Adapun kitab-kitab yang tergolong jenis kitab Sruti menurut tradisi Hinduadalah kitab-kitab Mantra, Brahmana dan Aranyaka. Kitab-kitab ini terdiri dari empat buah buku yaitu Rg.Weda, Sama Weda, Yajur Weda dan Atharwa Weda[4]
1.      Rg. Weda
Rg Weda berasal dari kata “rig” yang berarti memuji. Kitab ini berisi 1000 puji-pujian kepada para dewa dalam bentuk kidung, dan masing-masing kidung (sukta) terbagi lagi dalam beberapa bait. Menurut agama Hindu Rig Weda sangat penting karena didalamnya terdapat pengertian dan isyarat akan agama yang monoteistis dengan falsafah yang monistik (itulah yang Maha Esa).
POSYAN, DEWA TEMPAT GEMBALA
a.       Hai Posyan, dewa masa keemasan,
Istana engkau, dan lembah jalan pengembala,
Engkau dapat mengalahkan setiap musuh asing,
Jadikanlah jalan kami aman dari segala bahaya,
Hai Posyan, hai pengendara awan !
Tunjukilah kami selamanya, sebagaimana engkau menunjuki kami sebelum ini.
b.      Binasakanlah serigala liar yang jahat itu,
Yang bersembunyi didalam gelap diselat yang sempit,
Dan binasakanlah setiap perampok dan pencuri,
Yang akan beranak pinak untuk membinasakan dan menghabiskan hayat kami.
Posyan, pengendara awan !
Tunjukilah kami, sebagaimana engkau tadinya telah menunjuki kami.

c.       Barulah dalam murkamu, hai Posyan,
Segala perampok yang menjarah kami, di jalan-jalan yang tidak dilalui orang.
Yang mempunyai hati keras tidak menaruh kasihan,
Membunuh dengan anak panahnya yang tidak kelihatan,
Hai anak awan, tunjukilah kami selamanya,
Sebagaimana tadinya engkau menunjuki kami.[5]

2.      Sama Weda
Sama Weda merupakan suatu bunga rampai Rig Weda, dan sangat menekankan pada tanda-tanda irama musik. Sama Weda terdiri dari 1549 bait. Puji-pujian diikuti irama musik oleh para pendeta yang disebutUdgatr, dan biasanya dilakukan pada waktu upacara korban diselenggarakan.[6]
3.      Yajur Weda
Weda ini tidak hanya memuat mantera-mantera bagi persembahan-persembahan Soma, tetapi juga mantera-mantera bagi upacara-upacara yang lebih kecil. Ketiga weda ini memiliki hubungan yang sangat erat hubungannya, oleh karena itu ketiga-tiganya dinamakan “Tri-wedi”.
Yajur Weda terdiri dari mantra – mantra yang sebagian besar bersal dari Rg. Weda. Ditambah dengan beberapa mantra tambahan baru. Tambahan ini umumnya berbentuk prosa. Menurut Bhagawan Patanjali, kitab ini terdiri dari 101 resensi yang sebagian besar sudah lenyap. Kitab ini terbagi atas dua bagian,yaitu :
1.      Yajur Weda Hitam : 
·         Katakhassamhita
·         Mapisthalakathasamhita
·         Maitrayamisamhita
·         Taithiriyasahimta. Yang terdiri dari dua aliran, yaitu Apastamba dan Hiranyakesin
2.      Yajur Weda Putih (sukla Yajur Weda, juga dikenal Wajasaneyi Samhita). Kitab ini terdiri dari dua resensi, yaitu Kanwa dan Madhayandina.
Yajur Weda Putih terdiri dari 1.975 mantra yang isinya menguraikan tentang berbagai jenis yadnya besar, seperti Wajapeya, Rajasuya, Asmaweda, Sarmaweda, dan berbagai jenis yadnya lainnya. Bagian Terakhir dari weda ini memuat ayat – ayat yang kemudian dijadikan Isopanisad.
1.      Atharwaweda
Para atharwan adalah pandita tersendiri. Juga didalam ini kita jumpai lagi hymne-hymne yang harus dipakai pada persembahan Soma. Tetapi didalam Weda itu juga diuraikan bermacam hal lainnya, umpamanya mantera-mantera bagi magi yang diperbolehkan (magi putih). Mantera-mantera itu dipakai untuk mengiringi persembahan-persembahan atau diucapkan melulu sebagai mantera yang berkekuatan magis, guna supaya terlaksana kehendaknya, misalnya cinta seorang wanita, sembuh penyakitnya, dan sebagainya.[7]
2.      Kitab Brahmana
Kitab brahmana disusun oleh para pendeta Brahmana sekitar abad ke- 8 SM. Kitab ini berisi keterangan-keterangan daripada Brahmana tentang korban dan sesaji. Keterangan-keterangan tersebut disertai dengan mitos dan legenda tentang manusia dan para dewa dengan memberikan ilustrasi ritus-ritus korban.
Brahmana juga menekankan dan membahas upacara pengorbanan dan teknik yang benar dalam pelaksanaannya. Termasuk penjelasan dalam menggunakan mantra dalam upacara dan menimbulkan kekuatan mistik dari pengorbanan itu. Bagian ini disebut dengan Brahmana karena mereka membahas tugas dari para Brahim (pendeta) yang melakukan pada saat upacara pengorbanan.[8]Untuk menjelaskan tentang daya kekuatan korban. Dengan kata lain, kitab tersebut bukanlah kitab puji-pujian kepada para dewa, tetapi merupakan kitab yang berisi keterangan-keterangan dari para brahmana tentang korban dan sesaji. Uraian-uraian didalamnya banyak yang membosankan dan sukar dipahami padahal pikiran dasarnya justru sangat sederhana.
3.      Kitab Aranyaka
Pada bagian akhir kitab Brahmana terdapat tambahan, kemudian tambahan inilah yang disebut sebagai kitan Aranyaka. Kitab ini berisi tentang renungan sekitar masalah korban sehingga dianggap sakti. Karena itu mempelajarinya harus ditempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia, yaitu ditengah-tengah hutan, Aranya = hutan. Aranya (“kitab yang berasal dari hutan”; yaitu buku yang dihasilkan dengan bermeditasi di hutan yang sepi) yang menandai transisi dari pengorbanan Brahmanikal menuju filsafat dan spekulasi metafisika, yang kemudian dimuat dalam Upanisad. Aranyaka terdiri dari interpretasi mistik dari mantra dan upacara, yang disatukan pada saat mengasingkan diri di hutan, yang menimbulkan kedisiplinan. Pengetahuan yang didapat oleh para asketis ini dianggap sebagai wahyu.
4.      Kitab Upanishad
Kitab Upanishad merupakan kitab weda yang paling muda, dan ajarannya menentang ajaran agama Brahmana terutama mengenai ajaran korban. Jumlahnya sangat banyak, ada nada yang merupakan tambahan bagi kitab-kitab Aranyaka. Isinya merupakan pemikiran falsafi yang berkisar seputar arti dan tujuan hidup dan masalah yang berkaitan dengan hakikat manusia dan alam semesta. Kitab-kitab Upanishad meupakan teks-teks India yang sangat terkenal. Kitab ini telah diterjemahkan kebahasa Latin berdasarkan versi Persia (1801-1802), juga kedalam bahasa Eropa lainnya, dan dianggap bear pengaruhnya dikalangan ahli pikir Barat.
Istilah Upanishad berasal dari kata upa, ni dan shad: uapani = dekat, didekatnya: dan shad = duduk. Jadi Upanishad berarti duduk dekat, yaitu duduk di dekat seorang guru untuk menerima ajaran dan pengetahuan yang lebih tinggi. Kitab Upanishad berbentuk dialog antara seorang guru dan muridnya. Kitab Upanishad adalah salah satu bagian saja dari kitab-kitab dari kitab-kitab Aranyaka yang isinya menekankan pada ajaran rahasia yang bersifat mistik dan magis. 

B.     KITAB SMRITI
Sama halnya dengan sruti, smriti dianggap sebagai sumber hukum kedua setelah sruti. Smriti merupakan kitab-kitab teknis yang memuat kodifikasi berbagai masalah yang terdapat didalam sruti. Smriti bersifat pengkhususan yang memuat penjelasan-penjelasan otentis. Penafsiran dan penjelasan otentis dibidang ajaran hukum (dharma) dihimpun dalam satu hukum yang disebut Dharmasutra. Dharmasutra ini kemudian dijadikan himpunan baru dalam bentuk kodifikasi hukum (dharma) dari ajaran Manuoleh Bhrgu.
Himpunan inilah yang disebut Dharmasastra atau Manawadharmasastra menurut nama yang menyampaikan ajaran itu. Kitab ini merupakan bagian dari enam buah kitab Weda dan merupakan bagian dari pada Weda. Karena itu Manawadharmasastra adalah kitab Wedangga. Kelompok jenis kitab smriti lainnya adalah kelompok Upaweda. Dengan demikian kitab smriti sebagai sumber hukum Hindu dibedakan antara dua macam kelompok buku, yaitu:
1.      Kelompok jenis Wedangga
2.      Kelompok jenis Upaweda (Weda tambahan)
1.      Kelompok Wedangga
Kata Wedangga, terdiri dari kata : Veda dan Angga (bahasa Sansekerta). Veda berartiilmu pengetahuan suci dan angga berarti bagian, anggota, badan, sumber, dasar. Wedangga berarti batang tubuh dari Veda. Untuk dapat mempelajari, memahami,
dan mendalami Veda dengan baik, kita hendaknya terlebih dahulu mendalamiVedangga.
vedangga sebagai kitab smrti, terdiri dari beberapa kitab, antara lain :

A.    Siksa (phonetika) isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang cara yang tepat dalam pengucapan mantra serta tinggi rendah tekanan suara. Untuk dapat mengucapkan mantra (Weda Cruti) dengan baik, fungsi kitab siksa ini adalah sangat penting. Dalam hubungannya dengan mempelajari mantra (Weda Cruti) kitab-kitab siksa, juga disebut dengan nama pratisakhya. Adapun kitab-kitab pratisakhya yang masih sampai saat ini adalah :
a) Rg. Veda Pratisakhya
b) Taittiriya Pratisakhya Sutra
c) Wajasaneyi Pratisakhya Sutra
d) Sama Pratisakhya
e) Athanva Weda pratisakhya Sutra
B.     Wyakarana (tatabahasa) Kitab Wyakarana isinya menguraikan tentang tata bahasa, untuk dapat menghayati Veda dengan benar, kecil kemungkinannya dapat diketahui, tanpa mengerti dan mengetahui tata bahasanya. Oleh karenanya kitab Wyakarana ini memiliki fungsi yang sangat penting di dalam kita mempejari Veda. Para Maharesi yang mendalami tentang tata bahasa (Veda) adalah : MaharesiSakatayana, Begawan panini, Maharesi patanjali, dan Begawan yaska.Di antara orang suci tersebut di atas, yang terkenal adalah Begawan panini. Beliau menulis Kitab Asta Dhyayi dan patanjali Bhasa.Begawan Panini adalah orang suci yang pertama kali mengenalkan kata bahasa Sanskerta populer (bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat) dan bahasa Daiwak yaitu bahasa para Dewa-Dewa.
C.     Chanda (lagu) cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut lagu. Dari berbagai macam kitab-kitab Chanda, yang masih terdapat utuh sampai sekarang ada dua buah buku, yaitu : Midana Sutra dan Chanda Sutra. Kedua kitab ini dihimpun oleh Begawan Pinggala.
D.    Nirukta, memuat berbagai penafsiran otentik mengenai kata-kata yang terdapat di dalam Weda. Kitab Nirukta hasil karya Begawan Yaska, isinya menguraikan tentang tiga macam sesuatu hal, yaitu :
a)      Memuat kata-kata yang memiliki arti sama atau Naighantuka Kanda.
b)       Memuat kata-kata yang memiliki arti ganda atau disebut Naighama Kanda.
c)       Memuat tentang nama-nama paru Dewa yang ada di angkasa, bumi dan sorga atau disebut Daiwat ganda.
4.      Jyotisa (astronomi), merupakan pelengkap Weda yang isinya membuat pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman dalam melakukan Yajna. Isinya adalah membahas tata surya, bulan dan badan angkasa lainnya yang dianggap mempunyai pengaruh didalam pelaksanaan yadnya. Melalui pengetahuan yang terdapat dalam kitab Jyotisa juga kita dapat memahami, bahwa bagaimana Veda mengajarkan kepada umatnya untuk dapat berhubungan secara harmonis dengan alam dan lingkungannya berdasarkan yadnya. Di antara kitab Jyotisa, yang terdapat masih sampai sekarang adalah kitab Jyotisa Wedangga. Kitab ini memiliki hubungan dengan kitab Veda Cruti, Rg.Veda, dan Yajur Veda.
5.      Kalpa, merupakan kelompok wedangga yang terbesar dan terpenting. Menurut jenis isinya, kalpa terbagi atas berbarapa bidang, yaitu bidang Srauta, bidang Grhya, bidang Dharma, dan bidang Sulwa.
·         Srauta memuat berbagai ajaran mengenai tata cara melakukan yajna, penebusan dosa dan lain-lain, terutama yang berhubungan dengan uapacara keagamaan.
·         Grhyasutra memuat berbagai ajaran mengenai peraturan pelaksanaan yadnya yang harus dilakukan oleh orang-orang yang berumah tangga.
·         Dharmasutra adalah membahas berbagai aspek tentang peraturan hidup bermasyarakat dan bernegara.
·         Sulwasutra adalah memuat peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat tempat peribadatan, mislanya Pura, Candi an bangunan-bangunan suci lain yang berhubungan dengan ilmu arsitektur.[9]
2.      Kelompok Upaweda
Kitab-kitab Upaweda merupakan kitab kelompok kedua dari Veda Smrti,setelah kitab-kitab Vedangga. Kata upaweda berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiridari dua kata, yaitu : kata upa dan veda. Kata "upa" dapat diartikan ,,dekat,, dan kata"veda" berarti "pengetahuan suci (kitab suci). Upaweda berarti dekat dengan Veda (Pengetahuan suci). Upaweda jugadiartikan Veda tambahan.Kitab Upaweda memiliki fungsi sama pentingnya dengan kitab-kitab Smritiyang lainnya.
Kitab upaweda terdiri dari beberapa cabang ilmu, antara lain :
a.    Kitab Arthasastra, adalah jenis ilmu pemerintahan Negara. Isinya, merupakan pokok-pokok pemikiran ilmu politik. Sebagi cabang ilmu ini disebut Nitisaraatau Rajadharma atau pula Dandaniti.
b.    Kitab purana, merupakan kumpulan cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan dunia dan istilah para raja yang memerintah di dunia, juga mengenai istilah dewa-dewa dan bhatara, cerita mengenai istilah keturunan dan perkembangan dinasti Suryawangsa dan Candrawangsa serta membuat cerita-cerita yang menggambarkan pembuktian-pembuktian hukum yang pernah dijalankan. Dan kitab ini terdiri atas 18 buah kitab. Purana membentuk sebagian besar kesustraan Smriti. Purana ini muncul dalam bentuk pertanyaan dan jawaban, dan menjelaskan ajaran bawah sadar dari Weda melalui cerita dan legenda dari raja zaman dahulu, pahlawan, dan sifat-sifat kedewataan. Purana adalah merupakan alat yang sangat terkenal untuk mengajarkan ajaran keagamaan. Ada lima unsur penting dalam kitab-kitab Purana, yaitu[10]:
a.      Sarga (ciptaan alam semesta yang pertama)
b.      Pratisarga (ciptaan alam semesta yang kedua)
c.       Vamsa (keturunan raja-raja dan resi-res)
d.      Manvantara (perubahan Manu-manu)
e.      Vamsanucarita (diskripsi keturunan yang akan datang)
c.    Kitab itihasa, merupakan jenis epos yang terdiri dari dua macam yaitu Ramayana dan mahabratakitab Ramayana ditulis oleh Rsi Walmiki. Seluruh isinya dikelompokkan kedalam tujuh kanda dan berbentuk syair. Jumlah syairnya sekitar 24.000 syair.
d.    Ayurweda, adalah kitab yang menyangkut bidang kesehatan jasmani dan rohani dengan berbagai system sifatnya. Ayurweda adalah filsafat kehiduapan baik etis amaupun medis.  Menurut isinya ayurweda meliputi delapan bidang ilmu. Yaitu:
·         Ilmu bedah
·         Ilmu penyakit
·         Ilmu oabt-obatan
·         Ilmu psikotherapy
·         Ilmu pendidikan anak-anak (ilmu jiwa anak)
·         Ilmu toksikologi
·         Ilmu mukjizat
·         Ilmu jiwa remaja.
e.       Gandharwaweda, adalah kitab yang membahas berbagai aspek cabang ilmu seni.ada beberapa buku penting yang termasuk Gandharwaweda ini adalah Natyasastra (yang meliputi Natyawedagama dan Dewadasasahasri) Rasarnawa, rasaratnasamuccaya dan lain-lain.[11]
Dari semua kitab, yang paling penting adalah kitab Arthasastra karena kitab ini disamping bersifat hukum, kitab ini membuat politik hukum Hindu. Kitab ini mula-mulaa disusun oleh Kautilya, salah seorang Perdana Mentri dari Kerajaan Maurya pada abad IV. S.M., sebelum penyerbuan Alexander yang Agung kedaratan India.sifatnya mengandung ajaran keagamaan disamping sebagai buku perundang-undangan yang berlaku pada waktu itu. Buku ini banyak pengaruhnya dan diuabh dalam berbagai bentuk kitab Usana dan Sima.
Arthasastra dikodifisir dalam bentuk satu buku yang menjadi dasar dan pedoman dalam menjalankan kekuasaan Negara guana dijadikan sebagai dasar hukum mengatur berbagai aspek hidup manusia sebagai kawula Negara. Yang terpentingvdari buku ini adalah buku III Bab II-VII dan Bab XVI. Bab-ba inilah dari buku III kitab Arthasastra itu memuat berbagaimasalah hukum mengenai waris-mewaris, yang sangat penting sekali artinyadalam peninjauan kita mengenai hukum waris itu nanti.

C.    KITAB AGAMA, TANTRA DAN DARSANA
A.    Kitab Agama
Kitab Agama menunjukan bahwa kebenaran Veda adalah mutlak dan harus diyakini kebenarannya. Kata Agama merupakan salah satu istilah Pramana yaitu tiga cara untuk menentukan kebenaran sesuatu, yaitu: Agama Pramana, Anumana, Pramana, dan Pratyaksa Pramana yang masing-masing berarti kebenaran yang disampaikan oleh orang-orang suci yang sangat diyakini kesucian pribadinya, kebenaran yang berdasarkan pertimbangan analisis yang sistematis dan kebenaran yang berdasarkan pengamatan.[12]
Kitab-kitab Āgama termasuk kitab tantra, mantra, dan yatra yang merupakan ulasan pemujaan Tuhan yang bersifat luar, di dalam patung-patung, kuil, dsb. Semua Kitab-kitab Āgama membahas masalah:
1.      Jnāna atau pengetahuan
2.      Yoga atau konsentrasi
3.      Kriyā atau ritual isoterik
4.      Carya atau pemujaan esoteric
Kitab-kitab Āgama dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: Waisnawa, Siwa, dan Sakta. Kitab-kitab Āgama tidak mengambil autoritasnya dari Weda, tetapi tidak berlawanan dengannya; karena semuanya bercirikan dan berjiwakan Weda. Itulah sebabnya mengapa mereka dianggap sebagai dapat dipercaya.

·         Kitab Tantra
Tantra adalah cabang dari agama Hindu. Kebanyakan kitab-kitab Tantra masih dirahasiakan dan arti sebenarnya dan yang sudah diketahui masih merupakan teka-teki. Kebanyakan orang-orang Hindu, termasuk para sarjana besar, pada umumnya tidak mendiskusikan Tantra.
Secara umum tantra dapat diartikan yaitu kekuatan suci dalam diri yang dibangkitkan dengan cara-cara yang ditetapkan dalam kitab suci. Tantra adalah konsep pemujaan Ida Sanghyang Widhi Wasa di mana manusia kagum pada sifat-sifat kemahakuasaan-Nya, sehingga ada keinginan untuk mendapatkan sedikit kesaktian.
Tantra adalah ilmu pengetahuan kerohanian yang untuk pertama kalinya diajarkan di India 7000 tahun silam. Tan barasal dari akar kata Sansekerta yang berarti “perluasan”, dan Tra berarti “pembebasan”. Dengan demikian Tantra merupakan latihan rohani yang mengangkat manusia ke dalam suatu proses yang memperluas pikirannya. Tantra menghantar manusia dari suatu keadaan tidak sempurna menjadi sempurna, dari keadaan kasar menjadi halus, dari kemelekatan menjadi terbebaskan.
Mistik merupakan tindakan atau perbuatan yang adiluhung, penuh keindahan, atas dasar dorongan dari budi pekerti luhur atau akhlak mulia.  Mistik sarat akan pengalaman-pengalaman spiritual. Yakni bentuk pengalaman-pengalaman halus, terjadi sinkronisasi antara logika rasio dengan “logika” batin. Pelaku mistik dapat memahami fenomena atau eksistensi di luar diri (gaib) sebagai kenyataan yang logis atau masuk akal
Mengenai naskah Tantra ada anggapan bahwa naskah atau kitab tersebut diberikan oleh dewa Siwa kepada ummat Hindu untuk zaman Kali-yuga, sekarang ini (satu Kalpa terbagi menjadi 1000 mahayuga dan setiap mahayuga terdiri dari empat yuga, Krta-Yuga, Trata-Yuga,Dvapara-Yuga, dan Kali-Yuga.) penyusunannya dilakukan oleh para Resi. Kitab ini penuh dengan ajaran-ajaran rahasia dan silit dipahami maksudnya. Pada garis besarnya, isi kitab Tantra merupakan dialog antara Siwa dengan sakti istrinya Parwati yang menempati kedudukan terpenting sebagai inti kekuatan dewa.[13]
·         Kitab Darsana
Kata Darsana berasal dari urat kata “drs” yang berarti ‘melihat’, menjadi kata darsana (kata benda) artinya ‘penglihatan atau pandangan’. Kata darsana dalam hubungan ini berarti ‘pandangan tentang kebenaran’ (filsafat). Darsana berisikan tentang ilmu suatu kebenaran tentang ciptaan tuhan yang dapat di pandang oleh manusia.  Menurut ummat Hindu, beribu-ributahun lamanya para Resi dan Muni melakukan meditasi sehingga mampu memperoleh inspirasi dan mampu menginterpretasikan atau menafsirkan ajaran-ajaran Hindu secara terinci.
Nama atau istilah lainnya yang berhubungan dengan darsana:
·         Tattva: kata ini berasal dari kata “tat” yang artinya ‘itu’ yang dimaksud adalah ‘hakekat atau kebenaran’.
·         Mananasastra: kata ini berarti pemikiran atau renungan filsafat.
·         Vicarasastra: kata ini pertimbangan,renungan, penyelidikan, dan keragu-raguan yang dimaksud adalah menyelidiki tentang ‘kebenaran filsafat’.
·         Tarka: artinya spekulasi. Tarkika berarti orang yang ahli filsafat.
·         Sraddha: kata ini berarti keyakinan atau keimanan.
Darsana atau filsafat India dibedakan atas dua kelompok, yaitu
1        Pandangan yang orthodox,disebut juga Astika. Kelompok ini mengakui otoritas dan kemutlakan kitab suci Veda sebagai sabda Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan sumber ajarannya. Kelompok ini terdiri dari Samkhya, Yoga, Mimamsa, Vaisesika, Nyaya, dan Vedanta. Keenamnya sring disebut Sad Darsana atau Darsanasaja dan bila kita membicarakan filsafat Hindu,maka yang dimaksud adalah sad darsana ini.
2        Pandangan yang Hetrodox disebut juga Nastika. Filsafat ini tidak mengakui kebenaran dan kewenangan Veda. Kelompok ini terdiri dari 3 aliran filsafat, yaitu: Carvaka, Budda, dan Jaina.
Hubungan Veda dengan Darsana, dimana Veda merupakan sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi sumber ajaran agama Hindu sedangkan darsana adalah pandangan maharsi atau para ahli tentang kebenaran ajaran veda dan alam semesta. Darsana (Astika) menjadikan Veda sebagai sumber kajian. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk memudahkan pemahaman terhadap ajaran yang terkandung dalam kitab suci. Dengan mempelajari Darsana akan lebih mudah mempelajari kitab suci. Darsana memberikan pencerahan bagi umat dalam memahami serta mengamalkan ajaran agama.[14]






BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Agama hindu banyak memiliki kitab suci tapi yang pertama ialah kitab suci weda dan ada beberapa kitab yang yang isinya di ambil dari kitab suci weda, Weda merupakan himpunan wahyu- wahyu Tuhan.  Kitab suci weda berisikan tentang ajaran-ajaran agama Hindu baik maupun buruk, dan ajaran tentang yang ada di alam bhuana agung ini. Purana merupakan suatu ajaran yang menceritakan terciptanya alam semesta beserta isinya dan mengenai ajaran-ajaran yang ada di dalam agama hindu seperti halnya cara untuk memuja tuhan dan yang lainnya, di dalam kitab suci purana juga ada kumpulan cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan dunia.
Sumber hukum hindu menurut kitab Manawa dharmasastra
·         Weda (Sruti). Dalam ajaran agama Hindu, Weda termasuk dalam golongan Sruti.Weda diyakini sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini. Setelah tulisan ditemukan, para Rsi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke dalam bentuk tulisan.
·         Smrti (Dharmasastra). Smrti (Dharmasastra) adalah Weda juga, karena kedudukannya dipersamakan dengan Weda.
DAFTAR PUSTAKA

Bansi Pandit, Pemikiran Hindu (Surabaya: Paramita, 2006),

Dr.A.G.Honig Jr,Ilmu Agama (Jakarta: Gunung Mulia, 2009),

Gede Puja,MA.SH, Hukum Kewarisan Hindu Yang Diresepir Kedalam Hukum Adat di Bali dan Lombok(Jakarta: C.V. Junasco, 1977)

H.A.Mukti Ali, agama-agama dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga. 1988),

Drs.Anak Agung Gde Oka Netra, tuntunan dasar agama hindu, (Jakarta: Hanuman Sakti 1994),

Zainal Arifin Abbas, Perkembangan Pikiran Terhadap Agama (Jakarta:Al-Husna,1984),

18 Maret 2017, jam 18.33 P.M

Made Titib, Pengatar Weda, (Jakarta: Hanuman Sakti, 1996),

http://hinduisme-e.blogspot.co.id/2012/12/sumber-sumber-pokok.html, dikutip pada senin 20 Maret 2017, jam 07.24 A.M



[1]Drs.Anak Agung Gde Oka Netra, tuntunan dasar agama hindu, (Jakarta: Hanuman Sakti 1994), hal 11
[2]Gede Puja, MA. SH, Hukum Kewarisan Hindu Yang Diresepir Kedalam Hukum Adat di Bali dan Lombok(Jakarta: C.V. Junasco, 1977), hal.20
[3]Bansi Pandit, pemikiran hindu (Surabaya: Paramita, 2006), hal.22
[4]Gede Puja,MA.SH, Hukum Kewarisan Hindu Yang Diresepir Kedalam Hukum Adat di Bali dan Lombok(Jakarta: C.V. Junasco, 1977), hal.30
[5] Zainal Arifin Abbas, Perkembangan Pikiran Terhadap Agama (Jakarta:Al-Husna,1984), h.196
[6]H.A.Mukti Ali, agama-agama dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga. 1988), hal 60-61
[7] Dr.A.G.Honig Jr,ilmu agama (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), hal 85
[8] Bansi Pandit, Pemikiran Hindu (Surabaya: Paramita, 2006), h.27.
[9]Drs.Anak Agung Gde Oka Netra, tuntunan dasar agama hindu, (Jakarta: Hanuman Sakti 1994), hal 15

[10] Made Titib, Pengatar Weda, (Jakarta: Hanuman Sakti, 1996), h. 140
[11]Drs.Anak Agung Gde Oka Netra, tuntunan dasar agama hindu, (Jakarta: Hanuman Sakti 1994), hal 14,15
[12]http://hinduisme-e.blogspot.co.id/2012/12/sumber-sumber-pokok.html
[13]H.A.Mukti Ali, agama-agama dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga. 1988), hal 58

[14] http://dharmajayantipande.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-darsana.html

0 komentar :

Posting Komentar

 

Makalah Lengkap © 2015 - All Rights Reserved | Copyright by Makalah kel 11