“Sumber Ajaran dan Hukum Agama Hindu”
Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Hindu
Disusun
Oleh:
Nadya Qurotu A I (11150321000044)
Rozatul Husna S (11150321000043)
Dosen Pengampu : Siti Nadroh, M.Ag
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum
Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji
serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam semoga
terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW. Keluarga dan para sahabatnya Amiin.
Alhamdulillah pada kesempatan ini penulis
telah menyelesaikan tugas ini untuk mendapatkan nilai dari dosen pada jurusan
Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta, walaupun dalam penyusunan tugas ini banyak sekali
hambatan, tetapi dengan niat dan ketekadan penulis akhirnya dapat menyelesaikan
tugas ini.
Selanjutnya
penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan serta dukungan dalam penyelesaian
tugas ini, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen Siti Nadroh, M.Ag.
Akhirnya kepada Allah SWT. Jualah penulis berdoa semoga amal baik senantiasa
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.
Wassalamu’alikum
Warohmatullahi Wabarokatuh
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ajaran
agama dalam Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci keagamaan yang
disusun dalam masa yang amat panjang dan berabad-abad, yang di dalamnya memuat
nilai-nilai spiritual keagamaan dengan tuntunan dalam kehidupan di jalan
dharma. Di antara susastra suci tersebut, Weda merupakan yang paling tua dan lengkap.
Maka Weda adalah merupakan buku atau kitab, kita tidak membicarakan isinya,
kita hanya melihat wujudnya. Buku itu berisikan tulisan-tulisan, disusun rapi,
ada penulisnya, ada pemikirannya dan ada pula isinya berupa ajaran-ajaran. Buku
adalah benda atau barang cetakan. Tetapi tidak semua barang cetakan atau buku
dapat kita namakan Weda.
Sebagai
kitab suci agama Hindu, buku itu diyakini dan dipedomani oleh umat Hindu
sebagai satu-satunya sumber bimbingan dan informasi yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari ataupun untuk melakukan pekerjaan tertentu. Dan
dinyatakan sebagai kitab suci karena isinya merupakan wahyu Tuhan yang dianggap
Maha Suci. Apapun yang diturunkan sebagai ajaran oleh Tuhan kepada umat manusia
semuanya itu merupakan ajaran suci. Lebih-lebih isinya memberi bimbingan
tentang bagaimana hidup suci.
B.
Rumusan
Masalah
a.
Apa
yang dimaksud dengan kitab suci Sruti,kitab Smriti,kitab Agama, Trantra dan
Darsana
b.
Siapa
yang membuat kitab suci Sruti, kitab Smriti,kitab Agama, Trantra dan Darsana
c.
Apa
saja isi dari kitab suciSruti, kitab Smriti,kitab Agama, Trantra dan Darsana
- Tujuan Masalah
a.
Untuk mengetahui siapa yang mebuat
kitab suci agama Hindu
b.
Untuk mengetahui apa saja ajaran
yang ada didalam kitab suci agama Hindu
c.
Untuk mengetahui isi dari
kitab-kitab suci Sruti,
kitab Smriti,kitab Agama, Trantra dan Darsana
BAB II
PEMBAHASAN
SUMBER AJARAN DAN HUKUM AGAMA HINDU
Sumber ajaran agama Hindu adalah
kitab suci Weda, yaitu kitab yang berisikan ajaran kesucian yang diwahyukan
oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi. Weda merupakan jiwa yang meresapi
seluruh ajaran Hindu, lasksana sumber air yang mengalir terus melalui
sungai-sungai yang amat panjang dalam sepanjang abad. Weda adalah sabda suci
atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk menyusun catatan-catatan yang
diperlukan dalam rangka menemukan bentuk-bentuk hukum Hindu, termasuk mengenai
bentuk danisi dari pada hukum waris Hindu itu.
Pertama-tama mencari sumber-sumber hukum Hindu yang dapat dijadikan
landasan dalam penyajian bentuk-bentuk hukum materil positif.
Mengenai sumber-sumber hukum tidak
ada persamaan pendapat di antara para ahli. Sumber hukum sebagai istilah
dipergunakan dalam berbagai hubungan dan pengertian. Menurut Prof. L. Oppenheim
kesimpang siuran pengertian ini timbul karena tiap-tiap penulis mempunyai
pandangan sendiri atas sumber hukum-hukum itudan umumnya banyak dianggap masih
bingung sehingga menimbulkan perbedaan pendapat diantara para penulis itu. Oleh
karena itu menurut beliau, untuk menghindari kesalah pengertian ini maka
pengertian sumber hukum harus dikembalikan pada pokok-pokok pengertian yang
bersifat umum mengenai arti dari pada sumber itu sendiri.
Dengan demikian yang dimaksud dengan
Weda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak boleh diragukan kebenarannya
dan berasal dari Hyang Widhi Wasa.
A.
KITAB SRUTI
Kitab sruti termasuk kitab utama dari agama Hindu yaitu Weda. Weda
mengajarkan ajaran tertinggi yang diketahui oleh manusia dan membentuk sumber
yang mutlak dalam agama Hindu. Kata Veda diambil dari kata “Vid” yang berarti
“mengetahui” sedangkan “Sruti” dalam bahasa sanskerta berarti “apa yang
didengar”.
Didalam Manadharmasastra II. 10 dikatakan yang artinya:
“Sesungguhnya Sruti adalah Weda, smriti itu dharmasatra, keduanya tidak boleh
diragukan apapun juga karena keduanya adalah kitab suci yang menjadi sumber
dari pada hukum (dharma).Dari pasal tersebut jelas bahwa sruti yang ditunjuk
oleh pasal-pasal itu adalah weda. Sebagaimana halnya weda itu, baik weda dan
dharmasastra oleh pasal ini dinyatakan dengan tegas sebagai sumber hukum.
Istilah hukumini diterjemahkan dari kata dharma.
Adapun kitab-kitab yang tergolong jenis kitab Sruti menurut tradisi
Hinduadalah kitab-kitab Mantra, Brahmana dan Aranyaka. Kitab-kitab ini terdiri
dari empat buah buku yaitu Rg.Weda, Sama Weda, Yajur Weda dan Atharwa Weda
1.
Rg. Weda
Rg Weda berasal dari kata “rig” yang berarti memuji. Kitab ini
berisi 1000 puji-pujian kepada para dewa dalam bentuk kidung, dan masing-masing
kidung (sukta) terbagi lagi dalam beberapa bait. Menurut agama Hindu Rig Weda
sangat penting karena didalamnya terdapat pengertian dan isyarat akan agama
yang monoteistis dengan falsafah yang monistik (itulah yang Maha Esa).
POSYAN, DEWA
TEMPAT GEMBALA
a. Hai Posyan,
dewa masa keemasan,
Istana engkau,
dan lembah jalan pengembala,
Engkau dapat
mengalahkan setiap musuh asing,
Jadikanlah
jalan kami aman dari segala bahaya,
Hai Posyan, hai
pengendara awan !
Tunjukilah kami
selamanya, sebagaimana engkau menunjuki kami sebelum ini.
b. Binasakanlah
serigala liar yang jahat itu,
Yang
bersembunyi didalam gelap diselat yang sempit,
Dan
binasakanlah setiap perampok dan pencuri,
Yang akan
beranak pinak untuk membinasakan dan menghabiskan hayat kami.
Posyan,
pengendara awan !
Tunjukilah
kami, sebagaimana engkau tadinya telah menunjuki kami.
c. Barulah dalam
murkamu, hai Posyan,
Segala perampok
yang menjarah kami, di jalan-jalan yang tidak dilalui orang.
Yang mempunyai
hati keras tidak menaruh kasihan,
Membunuh dengan
anak panahnya yang tidak kelihatan,
Hai anak awan,
tunjukilah kami selamanya,
Sebagaimana
tadinya engkau menunjuki kami.
2.
Sama Weda
Sama Weda merupakan suatu bunga rampai Rig Weda, dan sangat
menekankan pada tanda-tanda irama musik. Sama Weda terdiri dari 1549 bait.
Puji-pujian diikuti irama musik oleh para pendeta yang disebutUdgatr,
dan biasanya dilakukan pada waktu upacara korban diselenggarakan.
3.
Yajur Weda
Weda ini tidak hanya memuat mantera-mantera bagi
persembahan-persembahan Soma, tetapi juga mantera-mantera bagi upacara-upacara
yang lebih kecil. Ketiga weda ini memiliki hubungan yang sangat erat hubungannya,
oleh karena itu ketiga-tiganya dinamakan “Tri-wedi”.
Yajur Weda terdiri dari mantra –
mantra yang sebagian besar bersal dari Rg. Weda. Ditambah dengan beberapa
mantra tambahan baru. Tambahan ini umumnya berbentuk prosa. Menurut Bhagawan
Patanjali, kitab ini terdiri dari 101 resensi yang sebagian besar sudah lenyap.
Kitab ini terbagi atas dua bagian,yaitu :
1.
Yajur
Weda Hitam :
·
Katakhassamhita
·
Mapisthalakathasamhita
·
Maitrayamisamhita
·
Taithiriyasahimta.
Yang terdiri dari dua aliran, yaitu Apastamba dan Hiranyakesin
2.
Yajur
Weda Putih (sukla Yajur Weda, juga dikenal Wajasaneyi Samhita). Kitab ini terdiri
dari dua resensi, yaitu Kanwa dan Madhayandina.
Yajur Weda Putih terdiri dari 1.975
mantra yang isinya menguraikan tentang berbagai jenis yadnya besar, seperti
Wajapeya, Rajasuya, Asmaweda, Sarmaweda, dan berbagai jenis yadnya lainnya.
Bagian Terakhir dari weda ini memuat ayat – ayat yang kemudian dijadikan
Isopanisad.
1.
Atharwaweda
Para atharwan adalah pandita tersendiri. Juga didalam ini kita
jumpai lagi hymne-hymne yang harus dipakai pada persembahan Soma. Tetapi
didalam Weda itu juga diuraikan bermacam hal lainnya, umpamanya mantera-mantera
bagi magi yang diperbolehkan (magi putih). Mantera-mantera itu dipakai untuk
mengiringi persembahan-persembahan atau diucapkan melulu sebagai mantera yang
berkekuatan magis, guna supaya terlaksana kehendaknya, misalnya cinta seorang
wanita, sembuh penyakitnya, dan sebagainya.
2.
Kitab Brahmana
Kitab brahmana disusun oleh para pendeta Brahmana sekitar abad ke-
8 SM. Kitab ini berisi keterangan-keterangan daripada Brahmana tentang korban
dan sesaji. Keterangan-keterangan tersebut disertai dengan mitos dan legenda
tentang manusia dan para dewa dengan memberikan ilustrasi ritus-ritus korban.
Brahmana juga
menekankan dan membahas upacara pengorbanan dan teknik yang benar dalam
pelaksanaannya. Termasuk penjelasan dalam menggunakan mantra dalam upacara dan
menimbulkan kekuatan mistik dari pengorbanan itu. Bagian ini disebut dengan
Brahmana karena mereka membahas tugas dari para Brahim (pendeta) yang melakukan
pada saat upacara pengorbanan.Untuk menjelaskan tentang daya
kekuatan korban. Dengan kata lain, kitab tersebut bukanlah kitab puji-pujian
kepada para dewa, tetapi merupakan kitab yang berisi keterangan-keterangan dari
para brahmana tentang korban dan sesaji. Uraian-uraian didalamnya banyak yang
membosankan dan sukar dipahami padahal pikiran dasarnya justru sangat sederhana.
3.
Kitab Aranyaka
Pada bagian akhir kitab Brahmana terdapat tambahan, kemudian
tambahan inilah yang disebut sebagai kitan Aranyaka.
Kitab ini berisi tentang renungan sekitar masalah korban sehingga dianggap
sakti. Karena itu mempelajarinya harus ditempat-tempat yang jauh dari tempat
tinggal manusia, yaitu ditengah-tengah hutan, Aranya = hutan. Aranya (“kitab yang berasal dari hutan”; yaitu buku
yang dihasilkan dengan bermeditasi di hutan yang sepi) yang menandai transisi
dari pengorbanan Brahmanikal menuju filsafat dan spekulasi metafisika, yang
kemudian dimuat dalam Upanisad. Aranyaka terdiri dari interpretasi mistik dari
mantra dan upacara, yang disatukan pada saat mengasingkan diri di hutan, yang
menimbulkan kedisiplinan. Pengetahuan yang didapat oleh para asketis ini
dianggap sebagai wahyu.
4.
Kitab Upanishad
Kitab Upanishad merupakan kitab weda yang paling muda, dan
ajarannya menentang ajaran agama Brahmana terutama mengenai ajaran korban. Jumlahnya
sangat banyak, ada nada yang merupakan tambahan bagi kitab-kitab Aranyaka.
Isinya merupakan pemikiran falsafi yang berkisar seputar arti dan tujuan hidup
dan masalah yang berkaitan dengan hakikat manusia dan alam semesta. Kitab-kitab
Upanishad meupakan teks-teks India yang sangat terkenal. Kitab ini telah
diterjemahkan kebahasa Latin berdasarkan versi Persia (1801-1802), juga kedalam
bahasa Eropa lainnya, dan dianggap bear pengaruhnya dikalangan ahli pikir
Barat.
Istilah Upanishad berasal dari kata upa, ni dan shad:
uapani = dekat, didekatnya: dan shad = duduk. Jadi Upanishad berarti duduk
dekat, yaitu duduk di dekat seorang guru untuk menerima ajaran dan pengetahuan
yang lebih tinggi. Kitab Upanishad berbentuk dialog antara seorang guru dan
muridnya. Kitab Upanishad adalah salah satu bagian saja dari kitab-kitab dari
kitab-kitab Aranyaka yang isinya menekankan pada ajaran rahasia yang bersifat
mistik dan magis.
B.
KITAB SMRITI
Sama halnya dengan sruti, smriti dianggap sebagai sumber hukum
kedua setelah sruti. Smriti merupakan kitab-kitab teknis yang memuat kodifikasi
berbagai masalah yang terdapat didalam sruti. Smriti bersifat pengkhususan yang
memuat penjelasan-penjelasan otentis. Penafsiran dan penjelasan otentis dibidang
ajaran hukum (dharma) dihimpun dalam satu hukum yang disebut Dharmasutra.
Dharmasutra ini kemudian dijadikan himpunan baru dalam bentuk kodifikasi hukum
(dharma) dari ajaran Manuoleh Bhrgu.
Himpunan inilah yang disebut Dharmasastra atau Manawadharmasastra
menurut nama yang menyampaikan ajaran itu. Kitab ini merupakan bagian dari enam
buah kitab Weda dan merupakan bagian dari pada Weda. Karena itu
Manawadharmasastra adalah kitab Wedangga. Kelompok jenis kitab smriti lainnya
adalah kelompok Upaweda. Dengan demikian kitab smriti sebagai sumber hukum
Hindu dibedakan antara dua macam kelompok buku, yaitu:
1.
Kelompok jenis Wedangga
2.
Kelompok jenis Upaweda (Weda
tambahan)
1.
Kelompok
Wedangga
Kata Wedangga,
terdiri dari kata : Veda dan Angga (bahasa Sansekerta). Veda berartiilmu
pengetahuan suci dan angga berarti bagian, anggota, badan, sumber, dasar. Wedangga
berarti batang tubuh dari Veda. Untuk dapat mempelajari, memahami,
dan mendalami Veda dengan baik, kita
hendaknya terlebih dahulu mendalamiVedangga.
vedangga sebagai kitab smrti,
terdiri dari beberapa kitab, antara lain :
A. Siksa (phonetika) isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang cara yang
tepat dalam pengucapan mantra serta tinggi rendah tekanan suara. Untuk dapat mengucapkan mantra (Weda Cruti) dengan
baik, fungsi kitab siksa ini adalah sangat penting. Dalam hubungannya dengan
mempelajari mantra (Weda Cruti) kitab-kitab siksa, juga disebut dengan nama
pratisakhya. Adapun kitab-kitab pratisakhya yang masih sampai saat ini adalah :
a) Rg. Veda Pratisakhya
b) Taittiriya Pratisakhya Sutra
c) Wajasaneyi Pratisakhya Sutra
d) Sama Pratisakhya
e) Athanva Weda pratisakhya Sutra
B. Wyakarana (tatabahasa) Kitab Wyakarana isinya menguraikan tentang tata bahasa, untuk dapat menghayati
Veda dengan benar, kecil kemungkinannya dapat diketahui, tanpa mengerti dan
mengetahui tata bahasanya. Oleh karenanya kitab Wyakarana ini memiliki fungsi
yang sangat penting di dalam kita mempejari Veda. Para Maharesi yang mendalami
tentang tata bahasa (Veda) adalah : MaharesiSakatayana, Begawan panini,
Maharesi patanjali, dan Begawan yaska.Di antara orang suci tersebut di atas,
yang terkenal adalah Begawan panini. Beliau menulis Kitab Asta Dhyayi dan
patanjali Bhasa.Begawan Panini adalah orang suci yang pertama kali mengenalkan
kata bahasa Sanskerta populer (bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat) dan
bahasa Daiwak yaitu bahasa para Dewa-Dewa.
C.
Chanda (lagu) cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang
disebut lagu. Dari berbagai macam kitab-kitab Chanda, yang masih
terdapat utuh sampai sekarang ada dua buah buku, yaitu : Midana Sutra dan
Chanda Sutra. Kedua kitab ini dihimpun oleh Begawan Pinggala.
D.
Nirukta, memuat berbagai penafsiran
otentik mengenai kata-kata yang terdapat di dalam Weda. Kitab Nirukta hasil karya Begawan Yaska, isinya
menguraikan tentang tiga macam sesuatu hal, yaitu :
a)
Memuat
kata-kata yang memiliki arti sama atau Naighantuka Kanda.
b)
Memuat kata-kata yang memiliki arti ganda atau
disebut Naighama Kanda.
c)
Memuat tentang nama-nama paru Dewa yang ada di
angkasa, bumi dan sorga atau disebut Daiwat ganda.
4.
Jyotisa (astronomi), merupakan
pelengkap Weda yang isinya membuat pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan
untuk pedoman dalam melakukan Yajna. Isinya adalah membahas tata surya, bulan
dan badan angkasa lainnya yang dianggap mempunyai pengaruh didalam pelaksanaan
yadnya. Melalui pengetahuan
yang terdapat dalam kitab Jyotisa juga kita dapat memahami, bahwa bagaimana
Veda mengajarkan kepada umatnya untuk dapat berhubungan secara harmonis dengan
alam dan lingkungannya berdasarkan yadnya. Di antara kitab Jyotisa, yang
terdapat masih sampai sekarang adalah kitab Jyotisa Wedangga. Kitab ini
memiliki hubungan dengan kitab Veda Cruti, Rg.Veda, dan Yajur Veda.
5.
Kalpa, merupakan kelompok wedangga
yang terbesar dan terpenting. Menurut jenis isinya, kalpa terbagi atas berbarapa
bidang, yaitu bidang Srauta, bidang Grhya, bidang Dharma, dan bidang Sulwa.
·
Srauta memuat berbagai ajaran
mengenai tata cara melakukan yajna, penebusan dosa dan lain-lain, terutama yang
berhubungan dengan uapacara keagamaan.
·
Grhyasutra memuat berbagai ajaran mengenai
peraturan pelaksanaan yadnya yang harus dilakukan oleh orang-orang yang berumah
tangga.
·
Dharmasutra adalah membahas berbagai
aspek tentang peraturan hidup bermasyarakat dan bernegara.
·
Sulwasutra adalah memuat
peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat tempat peribadatan, mislanya
Pura, Candi an bangunan-bangunan suci lain yang berhubungan dengan ilmu
arsitektur.
2.
Kelompok
Upaweda
Kitab-kitab
Upaweda merupakan kitab kelompok kedua dari Veda Smrti,setelah kitab-kitab
Vedangga. Kata upaweda berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiridari dua
kata, yaitu : kata upa dan veda. Kata "upa" dapat diartikan ,,dekat,,
dan kata"veda" berarti "pengetahuan suci (kitab suci). Upaweda
berarti dekat dengan Veda (Pengetahuan suci). Upaweda jugadiartikan Veda
tambahan.Kitab Upaweda memiliki fungsi sama pentingnya dengan kitab-kitab Smritiyang
lainnya.
Kitab upaweda terdiri dari beberapa cabang ilmu,
antara lain :
a.
Kitab Arthasastra, adalah jenis ilmu
pemerintahan Negara. Isinya, merupakan pokok-pokok pemikiran ilmu politik.
Sebagi cabang ilmu ini disebut Nitisaraatau Rajadharma atau pula Dandaniti.
b.
Kitab purana, merupakan kumpulan
cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan dunia dan istilah para raja yang
memerintah di dunia, juga mengenai istilah dewa-dewa dan bhatara, cerita
mengenai istilah keturunan dan perkembangan dinasti Suryawangsa dan
Candrawangsa serta membuat cerita-cerita yang menggambarkan
pembuktian-pembuktian hukum yang pernah dijalankan. Dan kitab ini terdiri atas
18 buah kitab. Purana membentuk sebagian besar kesustraan Smriti. Purana ini
muncul dalam bentuk pertanyaan dan jawaban, dan menjelaskan ajaran bawah sadar
dari Weda melalui cerita dan legenda dari raja zaman dahulu, pahlawan, dan
sifat-sifat kedewataan. Purana adalah merupakan alat yang sangat terkenal untuk
mengajarkan ajaran keagamaan. Ada lima unsur penting dalam kitab-kitab Purana,
yaitu:
a.
Sarga (ciptaan
alam semesta yang pertama)
b. Pratisarga
(ciptaan alam semesta yang kedua)
c. Vamsa
(keturunan raja-raja dan resi-res)
d. Manvantara
(perubahan Manu-manu)
e.
Vamsanucarita
(diskripsi keturunan yang akan datang)
c.
Kitab itihasa, merupakan jenis epos
yang terdiri dari dua macam yaitu Ramayana dan mahabratakitab Ramayana ditulis
oleh Rsi Walmiki. Seluruh isinya dikelompokkan kedalam tujuh kanda dan
berbentuk syair. Jumlah syairnya sekitar 24.000 syair.
d.
Ayurweda, adalah kitab yang
menyangkut bidang kesehatan jasmani dan rohani dengan berbagai system sifatnya.
Ayurweda adalah filsafat kehiduapan baik etis amaupun medis. Menurut isinya ayurweda meliputi delapan
bidang ilmu. Yaitu:
·
Ilmu bedah
·
Ilmu penyakit
·
Ilmu oabt-obatan
·
Ilmu psikotherapy
·
Ilmu pendidikan anak-anak (ilmu jiwa
anak)
·
Ilmu toksikologi
·
Ilmu mukjizat
·
Ilmu jiwa remaja.
e.
Gandharwaweda, adalah kitab yang
membahas berbagai aspek cabang ilmu seni.ada beberapa buku penting yang
termasuk Gandharwaweda ini adalah Natyasastra (yang meliputi Natyawedagama dan
Dewadasasahasri) Rasarnawa, rasaratnasamuccaya dan lain-lain.
Dari semua
kitab, yang paling penting adalah kitab Arthasastra karena kitab ini disamping
bersifat hukum, kitab ini membuat politik hukum Hindu. Kitab ini mula-mulaa
disusun oleh Kautilya, salah seorang Perdana Mentri dari Kerajaan Maurya pada
abad IV. S.M., sebelum penyerbuan Alexander yang Agung kedaratan India.sifatnya
mengandung ajaran keagamaan disamping sebagai buku perundang-undangan yang
berlaku pada waktu itu. Buku ini banyak pengaruhnya dan diuabh dalam berbagai
bentuk kitab Usana dan Sima.
Arthasastra
dikodifisir dalam bentuk satu buku yang menjadi dasar dan pedoman dalam
menjalankan kekuasaan Negara guana dijadikan sebagai dasar hukum mengatur
berbagai aspek hidup manusia sebagai kawula Negara. Yang terpentingvdari buku
ini adalah buku III Bab II-VII dan Bab XVI. Bab-ba inilah dari buku III kitab
Arthasastra itu memuat berbagaimasalah hukum mengenai waris-mewaris, yang
sangat penting sekali artinyadalam peninjauan kita mengenai hukum waris itu
nanti.
C.
KITAB AGAMA,
TANTRA DAN DARSANA
A.
Kitab Agama
Kitab Agama menunjukan
bahwa kebenaran Veda adalah mutlak dan harus diyakini kebenarannya. Kata Agama
merupakan salah satu istilah Pramana yaitu tiga cara untuk menentukan kebenaran
sesuatu, yaitu: Agama Pramana, Anumana, Pramana, dan Pratyaksa Pramana yang
masing-masing berarti kebenaran yang disampaikan oleh orang-orang suci yang
sangat diyakini kesucian pribadinya, kebenaran yang berdasarkan pertimbangan
analisis yang sistematis dan kebenaran yang berdasarkan pengamatan.
Kitab-kitab
Āgama termasuk kitab tantra, mantra, dan yatra yang merupakan ulasan pemujaan
Tuhan yang bersifat luar, di dalam patung-patung, kuil, dsb. Semua Kitab-kitab
Āgama membahas masalah:
1.
Jnāna atau
pengetahuan
2.
Yoga atau
konsentrasi
3.
Kriyā atau ritual
isoterik
4.
Carya atau pemujaan
esoteric
Kitab-kitab
Āgama dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: Waisnawa, Siwa, dan Sakta. Kitab-kitab
Āgama tidak mengambil autoritasnya dari Weda, tetapi tidak berlawanan
dengannya; karena semuanya bercirikan dan berjiwakan Weda. Itulah sebabnya
mengapa mereka dianggap sebagai dapat dipercaya.
·
Kitab Tantra
Tantra adalah cabang dari agama Hindu.
Kebanyakan kitab-kitab Tantra masih dirahasiakan dan arti sebenarnya dan yang
sudah diketahui masih merupakan teka-teki. Kebanyakan orang-orang Hindu,
termasuk para sarjana besar, pada umumnya tidak mendiskusikan
Tantra.
Secara umum tantra dapat diartikan yaitu kekuatan suci dalam diri
yang dibangkitkan dengan cara-cara yang ditetapkan dalam kitab suci. Tantra
adalah konsep pemujaan Ida Sanghyang Widhi Wasa di mana manusia kagum pada
sifat-sifat kemahakuasaan-Nya, sehingga ada keinginan untuk mendapatkan sedikit
kesaktian.
Tantra adalah ilmu pengetahuan kerohanian yang untuk pertama
kalinya diajarkan di India 7000 tahun silam. Tan barasal dari akar
kata Sansekerta yang berarti “perluasan”, dan Tra berarti
“pembebasan”. Dengan demikian Tantra merupakan latihan rohani yang mengangkat
manusia ke dalam suatu proses yang memperluas pikirannya. Tantra menghantar
manusia dari suatu keadaan tidak sempurna menjadi sempurna, dari keadaan kasar
menjadi halus, dari kemelekatan menjadi terbebaskan.
Mistik merupakan tindakan atau perbuatan yang adiluhung, penuh
keindahan, atas dasar dorongan dari budi pekerti luhur atau akhlak mulia. Mistik sarat akan pengalaman-pengalaman
spiritual. Yakni bentuk pengalaman-pengalaman halus, terjadi sinkronisasi
antara logika rasio dengan “logika” batin. Pelaku mistik dapat memahami fenomena
atau eksistensi di luar diri (gaib) sebagai kenyataan yang logis atau masuk
akal
Mengenai naskah Tantra ada anggapan bahwa naskah
atau kitab tersebut diberikan oleh dewa Siwa kepada ummat Hindu untuk zaman
Kali-yuga, sekarang ini (satu Kalpa terbagi menjadi 1000 mahayuga
dan setiap mahayuga terdiri dari empat yuga, Krta-Yuga,
Trata-Yuga,Dvapara-Yuga, dan Kali-Yuga.) penyusunannya dilakukan oleh para
Resi. Kitab ini penuh dengan ajaran-ajaran rahasia dan silit dipahami
maksudnya. Pada garis besarnya, isi kitab Tantra merupakan dialog antara Siwa
dengan sakti istrinya Parwati yang menempati kedudukan terpenting sebagai inti
kekuatan dewa.
·
Kitab Darsana
Kata Darsana
berasal dari urat kata “drs” yang berarti ‘melihat’, menjadi kata darsana (kata
benda) artinya ‘penglihatan atau pandangan’. Kata darsana dalam hubungan
ini berarti ‘pandangan tentang kebenaran’ (filsafat). Darsana berisikan tentang ilmu suatu
kebenaran tentang ciptaan tuhan yang dapat di pandang oleh manusia. Menurut ummat Hindu, beribu-ributahun lamanya para Resi dan Muni melakukan
meditasi sehingga mampu memperoleh inspirasi dan mampu menginterpretasikan atau
menafsirkan ajaran-ajaran Hindu secara terinci.
Nama atau
istilah lainnya yang berhubungan dengan darsana:
·
Tattva:
kata ini berasal dari kata “tat” yang artinya ‘itu’ yang dimaksud adalah
‘hakekat atau kebenaran’.
·
Mananasastra:
kata ini berarti pemikiran atau renungan filsafat.
·
Vicarasastra:
kata ini pertimbangan,renungan, penyelidikan, dan keragu-raguan yang dimaksud
adalah menyelidiki tentang ‘kebenaran filsafat’.
·
Tarka:
artinya spekulasi. Tarkika berarti orang yang ahli filsafat.
·
Sraddha:
kata ini berarti keyakinan atau keimanan.
Darsana atau
filsafat India dibedakan atas dua kelompok, yaitu
1
Pandangan
yang orthodox,disebut juga Astika. Kelompok ini mengakui otoritas dan
kemutlakan kitab suci Veda sebagai sabda Tuhan Yang Maha Esa yang
merupakan sumber ajarannya. Kelompok ini terdiri dari Samkhya, Yoga, Mimamsa,
Vaisesika, Nyaya, dan Vedanta. Keenamnya sring disebut Sad Darsana atau
Darsanasaja dan bila kita membicarakan filsafat Hindu,maka yang dimaksud adalah
sad darsana ini.
2
Pandangan
yang Hetrodox disebut juga Nastika. Filsafat ini tidak mengakui kebenaran dan
kewenangan Veda. Kelompok ini terdiri dari 3 aliran filsafat, yaitu: Carvaka,
Budda, dan Jaina.
Hubungan Veda dengan Darsana, dimana Veda
merupakan sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi sumber ajaran
agama Hindu sedangkan darsana adalah pandangan maharsi atau para ahli tentang
kebenaran ajaran veda dan alam semesta. Darsana (Astika) menjadikan Veda
sebagai sumber kajian. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk memudahkan
pemahaman terhadap ajaran yang terkandung dalam kitab suci. Dengan mempelajari
Darsana akan lebih mudah mempelajari kitab suci. Darsana memberikan pencerahan
bagi umat dalam memahami serta mengamalkan ajaran agama.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Agama hindu
banyak memiliki kitab suci tapi yang pertama ialah kitab suci weda dan ada
beberapa kitab yang yang isinya di ambil dari kitab suci weda, Weda merupakan
himpunan wahyu- wahyu Tuhan. Kitab suci
weda berisikan tentang ajaran-ajaran agama Hindu baik maupun buruk, dan ajaran
tentang yang ada di alam bhuana agung ini. Purana merupakan suatu ajaran yang
menceritakan terciptanya alam semesta beserta isinya dan mengenai ajaran-ajaran
yang ada di dalam agama hindu seperti halnya cara untuk memuja tuhan dan yang
lainnya, di dalam kitab suci purana juga ada kumpulan cerita-cerita kuno yang
menyangkut penciptaan dunia.
Sumber hukum hindu menurut kitab
Manawa dharmasastra
·
Weda (Sruti). Dalam ajaran agama
Hindu, Weda termasuk dalam golongan Sruti.Weda diyakini sebagai
sastra tertua dalam peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini. Setelah
tulisan ditemukan, para Rsi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke
dalam bentuk tulisan.
·
Smrti (Dharmasastra). Smrti
(Dharmasastra) adalah Weda juga, karena kedudukannya dipersamakan dengan Weda.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar :
Posting Komentar